Jumat, 26 Juni 2015

SENI DARI BARANG BEKAS YANG GO INTERNASIONAL

Kanayakan, Bandung


Bandung sudah di kenal sebagai kota kreatif di indonesia. Kota tempat saya tinggal ini juga berhawa sejuk dan di kelilingi banyak gunung di sekitarnya. Mungkin suasana ini yang mendukung lahirnya berbagai karya seni di bumi parahyangan ini.



Salah satunya Kosim Karni, Sebelumnya nama ini belum cukup familiar bagi diri saya. Bermodal informasi dari internet, Saya coba ingin tahu tempat Kang Kosim berkarya. Sampai di daerah kanayakan - Dago, Saya coba mencari Gg. Parabon belakang Kantor Dinas Peternakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Akhirnya tepat di depan gang , Saya mencoba bertanya ke seorang Bapak yang sedang memberi makan burung. Mungkin hal yang saya tanyakan kepada Bapak itu kurang jelas , jadi beliau tidak begitu tahu. " coba tanya ke kosim ",Ucapnya. Ternyata orang yang saya cari itu ternyata Kang Kosim. Karena awalnya yang saya tahu hanya seniman pembuat patung dari karung goni tanpa mengetahui nama pembuatnya.



Gubuk kecil di atas saluran air ini tempat Kang Kosim berkarya dan menuangkan ide idenya. Beberapa temannya tengah asyik mengasah batu akik di depan workshop kecilnya ini. Saya pun di persilahkan masuk dan duduk di kursi berbahan busa yang di dasarnya bongkahan batu besar. Gubuk dengan nuansa seni ini cukup penuh dengan barang barang etnik.


Akhirnya Kang Kosim mulai bercerita dari awal mula tempat ini berdiri.
Awalnya Pada Tahun 2003 di rumah pribadinya. Kang Kosim mulai berkarya membuat patung boneka dari karung goni bekas. Memanfaatkan limbah karung goni yang banyak di temukan di sekitar rumahnya. Boneka hasil karyanya cukup mendapatkan respon positif dari teman dan orang orang di sekitarnya. Sebelumnya Kang Kosim sempat bekerja di Tempat yang sama dengan bakatnya itu. Kang Kosim kerap di beri kepercayaan oleh Pemilik tempat dimana beliau bekerja. Karena dengan bakat dan keahliannya ini beliau menjadi satu satunya karyawan yang bisa mengerjakan beberapa karya seni.


Flow art nama pertama yang di gunakan bagi workshop kecil miliknya ini. Pada Tahun 2010 tempat yang awalnya di rumah pribadi, pindah ke Gubuk Kecil di atas saluran air di Gg. Parabon jl. Kanayakan 86 RT 09/06 Kel. Dago Kec. Coblong Kota bandung. Sekarang nama itu berubah menjadi Ladieg ( bahasa sunda ) yang bermakna amat berdebu. Mengapa nama itu yang diambil ? "karena bagi saya Ladieg art bermakna seni kotor yang berdebu." asal hatinya bersih, Dari pada berpura pura padahal hatinya busuk. itu lebih menyakitkan ",ucapnya.

Semenjak pindah di tempat barunya Kang Kosim mulai berkarya dengan inovasi barunya di antaranya :
Tampak Depan Ladieg Art




Patung Boneka dari karung goni
Patung Etnik
Alat terapi orang depresi di rusia terbuat dari kayu albasiah bekas
Beberapa karyanya membuat saya takjub dengan bakat yang dimiliki Kang Kosim. Begitu banyak karya karyanya yang membuat mata internasional meliriknya yaitu hasil ukiran serta patung kayu untuk alat terapi bagi orang depresi di negara rusia. Pemesannya datang dari berbagai daerah di indonesia, bahkan untuk kerajinan patung dari kayu albasiah yang di jadikan alat terapi bagi orang depresi itu di pesan langsung oleh orang Rusia dan Belanda. Sekali mendapatkan pesanan Kang Kosim mengirim sekitar 2 - 3 set ( 30 pcs ).

Kang Kosim sosok yang cukup berbakat di bidang seni dan mempunyai kepeduliaan terhadap lingkungan menjadikannya  semakin di kenal di kalangan seniman. Dari dulu hingga sekarang Kang Kosim selalu memanfaatkan barang bekas sebagai bahan baginya berkarya. Salah satunya pemanfaatan tulang sapi yang di belinya di pedagang baso di sekitar rumahnya.  Tulang itu akan di bentuk sehingga menjadi  assesoris yang mempunyai nilai seni tinggi. Masih banyak lagi  karya karya yang begitu menakjubkan dari sosok Kang Kosim.

Bakatnya itu pun mengantarkan beliau kerap di undang ke luar kota untuk mengisi pameran tingkat nasional taupun untuk mengajarkan beberapa keahlian di bidang seninya. Kerja keras Kang Kosim terlihat di mana beliau bekerja dengan penuh waktu. Ladieg art selalu terbuka untuk siapapun yang ingin belajar atau bekerja sama. Contohnya beberapa mahasiswa Itb menjadi teman untuk berkarya di gubuk kecilnya itu.Malahan sekarang telah tujuh orang mahasiswa yang membantu untuk di ladieg  art."  tempat ini mah terbuka , kadang jarang tutup. soalnya banyak teman yang ikut berkarya di sini dan sekedar nongkrong nongkrong ",Ucapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar