Sudah sejak lama kota ini mempunyai permasalahan di bidang persampahan. Sempat mendapat predikat kota terkotor, Kini Bandung mulai berbenah. Berbagai program di munculkan untuk mengatasi masalah sampah ini. Bukan hanya itu, kini banyak munculnya gerakan atau komunitas yang perhatian terhadap masalah kebersihan kota.
Salah satu dari sekian banyak gerakan yang muncul di kota ini yaitu Bank sampah. Namanya memang sekarang ini sudah mulai di kenal oleh masyarakat, termasuk di kawasan dago pojok Bandung. Daerah yang satu ini memang sudah sejak lama di kenal dengan warganya yang kompak serta memiliki potensi dari segi sumber daya manusianya tanpa mengsampingkan sumber daya lainnya. Misalnya saja kampung dago pojok ini pernah terpilih menjadi kampung kreatif percontohan untuk skala kota di indonesia. Memiliki masyarakat yang dinamis serta menjunjung nilai kearifan lokal menjadi daya tarik bagi masyarakat luas.
Budaya gotong royong masih menjadi pegangan masyarakat disini. suasana itu masih bisa terlihat di kehidupan sehari harinya. Gerakan jum'at bersih masih di pertahankan hingga sekarang ini. Suasana kampung yang bersih dan sejuk membuat tamu yang berkunjung ke dago pojok selalu betah. Perkembangan zaman yang modern dan tumbuhnya kawasan dago sebagai tempat wisata favorit menjadikan dago pojok semakin hari semakin penuh dengan berbagai bangunan baru.
Datangnya para pendatang serta berdiri bangunan baru membuat kawasan dago pojok harus segera mempersiapkan diri sebagai tempat yang layak di tinggali dengan tetap menjaga tradisi yang sudah sejak lama berakar di masyarakat. Terpilihnya Dago pojok sebagai kampung kreatif semakin menambah ciri khas daerah ini. Sebagai faktor pendukung kampung kreatif, di awal tahun 2015 telah berdiri Bank sampah di Rw 03 dago pojok yang di cetuskan oleh Bapak Dedi Gustama. Beliau seorang ketua Rt 07.
Gagasan yang terlahir di tahun 2010 ini baru terealisasi berkat keberanian Bapak Dedi sebagai pencetus. Gerakannya ini berbuah manis dan mendapatkan respon warga sekitar. salah satu yang ikut berpartisipasi untuk mewujudkan bank sampah yaitu datangnya dari mahasiswa ITB. Berbekal program yang dimilikinya para mahasiswa ITB itu siap membantu berdirinya bank sampah di Dago pojok. Bantuan yang di berikan selain motivasi dan sosialisasi ke warga, mereka juga memberikan alat alat serta perlengkapan pendukung seperti tempat sampah ukuran besar, roda sebagai alat operasional dan berbagai alat pendukung lainnya.
Bertempat di lahan kosong milik Pln yang kini di " sulap " oleh warga sebagai ruang publik di situlah awal pertamanya bank sampah di perkenalkan ke warga. Mahasiswa itb yang hadir saat itu ada sekitar 70 orang dan warga pun terlihat berbondong bondong untuk datang ke pembukaan bank sampah di Rw 03. Suasana kekeluargaan mulai terlihat dengan di adakannya makan bersama antara warga dan mahasiswa ITB.
|
Ruang publik warga RW 03 Dago pojok |
Warga sudah terbiasa menggunakan tempat ini untuk melakukan kegiatan, contohnya untuk mengumpulkan setoran sampah warga pun bisa di lakukan di tempat ini. Respon terhadap keberadaan tempat ini juga datang dari dosen ITB yang tinggal di sekitar itu. Beberapa program mulai untuk di susun dan segera di realisasikan. Sosok Pak Dedi kembali menjadi perhatian warga setelah gagasannya kali ini untuk melengkapi fasilitas ruang publik itu terwujud atas kerjasama yang di lakukan Pak Dedi dan perusahaan korea. sekarang sudah tampak tempat bermain anak yang atapnya di lindungi canopi menambah suasana teduh di sana.
Bank sampah ini kata Pak Dedi belum di beri nama resmi dan belum mempunyai manajemen bank sampah. Meski begitu upayanya untuk tetap mengoperasikan bank sampahnya tetap harus berjalan. Modal kekompakan yang masih ada pada warganya akan terus di manfaatkan untuk kegiatan kegiatan yang bermanfaat, salah satunya kebersihan lingkungan. Keikutsertaan warga sudah mulai terlihat dengan bertambahnya jumlah nasabah yang menyetor, sekarang mencapai 37 orang. " saya lihat dulu apa warganya akan terus konsisten yang ikut di sini, kalau memang tetap konsisiten nanati saya akan bikin manajamen yang sesuai dengan prosedur bank sampah ", ujarnya.
Keinginan Pak Dedi untuk membangun daerahnya lebih baik lagi ini ternyata sudah berjalan tiga periode sebagai ketua Rt di samping sebagai pencetus bank sampah. Untuk Struktur bank sampah sendiri menurutnya kemungkinan akan melibatkan beliau sebagai ketua.
Upaya Pak Dedi membangun Bank sampah ternyata tidak tanggung tanggung. Karena beliau pernah berkata " membangun daerah ini harus dari hati supaya tidak cape ", ujarnya. Disaat yang bersamaan ada warga yang mau memberi hibah lahan kosong sebesar 100 meter persegi untuk menampung barang barang yang di setor warga.
|
Suasana di gudang penyimpanan |
|
daftar harga per bulan juni |
Setiap warga yang menjadi nasabah bank sampah sekarang sudah mempunyai tabungan, minimal kalo bayar uang kebersihan tidak keluar dari saku pribadi tapi dari hasil tabungan sampahnya. Dampak yang terjadi sekarang dengan adanya bank sampah warga mulai meningkat kesadarannya terhadap lingkungan, contoh nyata yang bisa terlihat yaitu jalanan Dago pojok bersih dan sungainya pun sekarang sering menjadi tempat mancing ikan warga. Bagi masyarakat manapun yang ingin datang ke Bank sampah RW 03 bisa datang langsung ke Jl. Dago Pojok Tanggulan RT 07/03 kel. dago Kec. coblong. Kegiatannya setiap hari minggu mulai jam 09.00 - 16.00 wib.
Semoga ceritanya dapat bermanfaat dan menginspirasi kawan kawan semua.